Landasan Historis Kurikulum yaitu:
Landasan historis
kurikulum membicarakan proses bagaimana program pendidikan masa lalu tumbuh
sampai saat ini dan masih berpengrauh pada kurikulm sekarang dan masa depan.
Jika pendidikan harus tumbuh dari posisinya yang konsveratif menuju perbaikan
mengikuti tuntutan zaman, pendidik perlu terus menerus mengevaluasi landasan
berfikir, praktik dan prosedur pendidikan saat ini dengan memperhatikan perkembangan
pendidikan di masa lalu (Stone & Schneider, 1971:224) berikut ini sejarah
singkat kurikulum sejak pra-abad ke-20, menjelang abad ke-20 sampai kurikulum
abad ke-20.
A. PENDIDIKAN PRA-ABAD
KE-20
Pendidikan
pada hakikatnya, telah ada semenjak manusia ada: pada masa pra sejarah, orang
tua mengajar anak-anak dengan tujuan yang relatif sama dengan masyarakat saat
ini yaitu untuk mewariskan atau mentransfer nilai-nilai budaya kepada generasi
muda melalui pendidikan. Pendidikan atau sekolah, menurut Wiles& Bondi
(1989:4), sering kali menjadi kendaraan bagi rekonstruksi sosial. Beberapa
cuplikan sejarah pendidikan di masa pra abad ke-20 adalah sebagai berikut:
Pendidikan
sejak masyarakat pra literasi (700-5000 SM) merupakan sejarah panjang, sampai
masa kini, ketika sejak itu umat manusia mengembangkan keterampilan hidup (life
skills) seperti mencipta, mempertahankan, dan mentransfer kebudayaan.
Pengembangan kebudayaan keterampilan hidup (cultural survival skills) itu
adalah tema pokok pendidikan, berdasarkan kenyataan bahwa sejak dahulu sampai
kini, manusia merespons berbagai masalah dan tantangan hidup untuk menemukan
cara penanggulangan yang tepat bagi kehidupan yang baik. Tantangan hidup
manusia prasejarah, antara lain, keganasan alam seperti banjir dan kekeringan,
binatang buas dan kelompok sosial lain yang tidak bersahabat, dan desakan untuk
memenuhi kebutuhan seperti pangan, sandang, dan papan. Keadaan ini, menurut
Butts (1955), mengharuskan manusia memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
di mulai dengan cara coba-coba menanggulanginya yang makin lama berkembang
sampai menjadi kebudayaan (Ornstein&Levine,1985:75).
Karena
muatan budaya sekelompok masyarakat yang ternyata mampu membuat kehidupan
mereka nyaman, para orang tua masyarakat itu ingin mewariskannya kepada anak
cucu mereka yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap, bahasa, dan
muatan kebudayaan lain. Bentuk paling
awal muatan kebudayaan yang diwariskan itu ialah hasil pembuatan alat-alat
keperluan hidup (tool making), cerita cerita rakyat, dan keterampilan
berbahasa. Melalui bahasa, warga mengembangkan
keterampilan abstrak yang memungkinkan kehidupan mereka berkembang pesat
sampai menjadi bagian penting proses pendidikan yang berlangsung secara alami
dari orangtua ke anak-anak (Ornstein& Levine, 1985:75). Keterampilan
berfikir yang ditunjang keterampilan bahasa merupakan modal strategis bagi
perkembangan keterampilan hidup warga dan perkembangan nilai-nilai kemanusiaan
kemasyarakatan.
1. Pendidikan
Mesir dan Cina Kuno
Dari tahun 4000-3000 peradaban mesir ditopang
tiga hal utama: penggunaan mental, sistem tulisan, dan pemerintahan
terorganisasi (Johnson,1968:8). Hampir seperdua dari 6000 tahun sejarah mesir,
pendidikan lebih fokus pada praktik daripada pengembangan berfikir kognitif
abstrak, sedangkan aspek afektif diajarkan melalui institusi agama dan
keluarga. Kemudian timbul pendidikan bagi anak laki-laki yang diajarkan oleh
bapaknya. Hal ini memungkinkan berkembangnya program pendidikan yang lebih
berorientasi vokasional dengan sistem magang yang diperkuat latihan di rumah.
Fokus utamanya aialah pada pengajaran menulis hieroglyph yang di dorong pemerintahan berbasis dokumen oleh kelas
penguasa konservatif sebagai otoritas pendidikan tinggi. Secara tradisional,
tekanan terutama diletakkan pada pengajaran matematika praktis, astronomi,
kedokteran, teknik, dan geografi yang berakibat pada kemajuan arsitektur Mesir
Kuno.
Diperkirakan keruntuhan peradaban Mesir
Kuno disebabkan kekurangan kesusastraan, pola pikir filosofis dan penelitian
ilmiah yang berhubungan dengan pengetahuan abstrak (Schubert, 1986:55). Situasi
berbeda ditemukan di Cina yang didominasi dua orientasi pendidikan: (1) ide
Lao-Tse (abad ke-6 SM), dan ke (2) Confucius (abad ke-5 SM).
Pendidikan
menurut, Lao-Tse, merupakan buah kontemplasi sebagai landasan pokok
perkembangan pikiran dan prestasi yang bermanfaat dan penting bagi manusia.
Adapun pendidikan, menurut Confucius, di haruskan berorientasi kepada
kepentingan masyarakat daripada kepentingan pribadi, sehingga pendidikan
dipandang sebagai proses yang mengembangkan masyarakat dan institusinya.
2.Pendidikan Yunani Kuno
Sistem
pendidikan dunia modern berasal dari sistem pendidikan Yunani Kuno (1600-300
SM). Fokus pendidikan mengutamakan latihan pada pendidikan jasmani melalui
latihan kemiliteran gimnastik. Pendidikan moral dan politik diajarkan dengan
menghafal undang-undang. Sistem pendidikan sparta tersebut menghasilkan anak
berketerampilan militer yang kuat dan politisi andal (Johnson,1968:9).
Pertengahan abad ke-15 SM, timbul perubahan
ekonomi Yunani, yaitu munculnya kelas pedagang yang memerlukan tipe baru
pendidik, terutama di Athena yaitu a Sophist. Kelompok pendidik tutorial privat
ini mengembangkan berbagai ragam metode mengajar bagi kelas pedagang dan kelas
sosial di Athena dan di beberapa negara kota di Yunani. Mereka membutuhkan
kemampuan intelektual dan keterampilan retorika.
Setelah 479 SM dan akhir perang prusia,
pendidikan Yunani tumbuh pesat. Mata pelajaran membaca, menulis, dan
bercakap-cakap dikembangkan sampai diajarkan kepada anak-anak berumur 7-13
tahun. Para sophist menciptakan mata pelajaran formal seperti Tata Bahasa,
Retorika, dan Logika. “Kurikulum” bagi anak berumur 13-16 tahun diperluas
dengan memasukkan geometri, menggambar, musik, tata bahasa, dan retorika.
Socrates 470-399) SM) Terkenal dengan socratic method of questioning, metode
bertanya dan diskusi yang memicu inkuiri diikuti penguatan kebaikan(virtues).
Metode bertanya Socrates itu dianggap suatu teknik pedagogik ampuh oleh banyak
guru sampai kini
(Zais,
1976: 132)
Plato (428-328 SM),
murid Socrates paling terkenal, mengembangkan formulasi klasik prinsip filsafat
idealisme, filsafat tradisional dan tertua. Menurut idealisme, berfikir dan
belajar merupakan nama dari proses-proses penemuan atau pengumpulan kembali
pengetahuan tersembunyi (latent knowledge)
dalam bentuk yang sebenarnya. Karena pengetahuan yang sebenarnya itu (true knowladge) bersifat intelektual dan
realitas, pengetahuan hanya bisa diungkap secara intelektual, dan karena itu,
pendidik harus bersifat intelektual
(Ornstein & levine: 82).
Kurikulum
plato, dalam plato’s Republic, adalah suatu proses yang sangat panjang, mulai
sejak anak berumur 6-18 tahun bagi anak laki-laki dan perempuan (Schubert,1986:
56). Kurikulum plato Quadrivium terdiri atas empat bidang studi: Aritmetika, geometri,
astronomi, dan musik.
Keempat bidang studi itu, menurut Plato,
membentuk sains yang mempersiapkan siswa untuk memahami knowledge of the good. Untuk menguasai pengetahuan yang baik perlu
dilakukan studi sistematis tentang dialetic atau filsafat. Jadi, plato
memandang filsafat bukan hanya sebagai the
queen of all the sciences, tetapi juga inti kurikulum pendidikan tinggi
(Zais, 1976:133)
3.
Pendidikan
Romawi Kuno
Pendidikan
Romawi Kuno di pengaruhi pendidikan Yunani. Tujuan pendidikan Romawi Kuno
adalah pengajaran nilai-nilai moral dan kemuliaan sosial untuk menjaga ketertiban
hukum, kebiasaan dan agama (Johnson, 1968:11). Jika Yunani fokus pada filsafat
spekulatif, Romawi lebih tertarik pada pendidikan bagi polistisi dan tenaga
administratorandal (Ornstein & Levine, 1985:87)
Beberapa
periode penting peradaban Romawi berakibat pada perbedaan sistem
pendidikannya. Pada mulanya pendidikan dilakukan di rumah ( 700-275 SM ) oleh
orang tua. Selama periode 275-130 SM, Kurikulum berbasis filsafat Yunani,
sastra dan retorikan diberlakukan. Kemudian, sistem pendidikan Romawi yang
lebih berorientasi Latin, menghasilkan Sekolah Gramar Latin yang menjadi cikal
bakal model pendidikan Barat. Sekolah Gramar itu menghasilkan orator yang pada
waktu itu merupakan simbol keberhasilan warga Romawi. Sistem pendidikan format
Romawi di mulai di sekolahdasar semacam ”Play
School“ bagi anak umur 6-12 tahun, yang mengajarkan membaca, menulis,
aritmatika dan moral. Sekolah Dasar dilantukan dengan Sekolah Menengah atau
sekolah gramar dengan mata pelajaran bahasa Latin, bahasa Yunani, disamping
berbicara, sejarah, geografi, mitologi, dan etika. Siswa diatas 16 tahun
dipersiapkan menjadi ahli hukum atau administrator publik melalui sekolah
retorika untuk mempelajari gramar, retorika, logika dan sastra. Kemudian bangsa
Romawi mengembangkan kurikulum The Seven
Liberal Arts yang berasal dari kurikulum Yunani Kuno. Trivium (gramar, retorika dan
logika ) dan kurikulum Plato Quadrivium (aritmetika,
geometrika, astronomi dan musik )
Revolusi
mengubah sistem pendidikan Romawi. Setelah Romawi menjadi empirium,
keberhasilan orang di empirium itu ditandai kemampuan berpidato yang dilengkapi
penguasaan sains dan pelayanan publik sehingga pendidikan menjadi domain
pemerintah.
Pada
peiode 300-500 SM kurikulum terpisah dari kehidupan. Penghafalan karya sastra
dan kontrol ketat terhadap siswa menjadi
bagian misi pendidikan. Menurut Mxwell et al (1963 )sensor ide-ide dan
pemisahan para ahli politisi dianggap sebagi penyebab kejatuhan Romawi
(Schubert, 1986:58 )
4.
Pendidikan
Islam
Kebudayaan
Islam, bersumber dari Nabi Muhammad SAW (569-632), sebagai Nabi Allah yang
menjadi reformer dan proselytizer dan Nabi terakhir dan paling utama utusan
Allah. Sumber utama ajaram agama Islam tertulis dan terpelihara dengan baik
dalam kitab suci Al-qur'an. Al-qur'an itu sendiri, menurut Abdurrahman
an-Nahlawi ( 1989:45 ), mulai diturunkan dengan ayat pendidikan. Dan didalam
Al-qur'an itu, banyak ayat yang memerintahkan umat Islam agar mampu menggunakan
akalnya (berpikir), sehingga umat bisa mempelajari berbagai gejala alam raya
hasil ciptaan-Nya. Sejarah cukup banyak mencatat pakar dan pemikir islam ikut
berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan. Pada abad ke-10 dan ke-11,
pendidikan Arab Islam ( 700-1350 ) berpengaruh pendidikan Barat, terutama pada
evolusi keilmuan fiabad pertengahan, khususnya filsafat pemikiran dan
pendidikan tinggi. Sebagai hasil kontak ilmu Barat dan ilmu Arab Islam di
Spanyol dan AfrikaUtara, Ilmuan Barat mempelajari cara berpikir baru tentang matematika,
ilmu-ilmu alam, kedokteran dan filsafat. Pakar Islam telah menemukan dan
menerjemahkan pemikiran dan ide-ide filsuf Aristotles, Euclid, Archimedes dan
Hipocrates ke bahasa Arab. Terjemahan
itu penting bagi pendidikan Islam dan melalui kontak dengan Eropa, hasil
terjemahannya itu diperkenalkan kembali kedunia Barat. Selain itu pakar Islam
berkontribusi pada studi astronomi, matematika dan kedokteran.
Pada
abad pertengahan, tingkat pembelajaran dan keagungan Islam di kota-kota Moorish
Toledo Gradana di Spanyol Turki Baghdad di Mesopotamia dan Kairo di Afrika
Utara dalam banyak hal lebih unggul di banding Barat. Dari pusat-pusat ide itu muncul universitas Baratmucul sehingga
hubungan yang lebih kosmopolitan dengan timur berkembang pesat. Dari budaya di
era itu muncul beberapa pendidik besar seperti al-Ghazali (1058-1111) sebagai
salah seorang ilmuan Islam yang mengemukakan ketidak mampuan otak manusia jika
berhadapan dengan kemuliaan, kebesaran, kekuasaan, dan keagungan Tuhan. Tiga
ratus tahun kemudian Ibnu Khaldoun (1332-1406 ) menurut ahli sejarah, merupakan
seorang intelektual terbesar diabad itu. Melalui perluasan kekuasaan Islam,
ajaran agama ini tersebar sampai ke Afrika Utara dan India, bahkan sampai ke Spanyol,
sebagai akibat kontak dengan berbagai ragam penduduk dan budaya, seperti Hindu,
Islam berkembang yang tefleksi pada pertumbuhan pesat sastra, filsafat sains
dan arsitektur,
Atas
pengaruh pemimpin Islam Arab lahir pendidikan tinggi Arabdi Baghdad, Kairo,
Cordaba dan Grenada. Selain itu Kontribusi terbesar bangsa Arab pada pendidikan
Barat ialah terjemahan dan pelestariankarya besar filsuf Yunani seperti
Aristoteles, Eilicid Galen, dan Prolemy (Ornstein & Levine, 2008:77).
Pemikir Islam seperti Avisena (980-1037) yang menerjemahkan filsuf Aristoteles
yang sangat bermanfaat dan Averroes ( 1126-1198 ) seorang ahli kedokteran,
penerjemah dan komentator Aristoteles juga berpengaruh besar pada pendidikan
Barat dan Eropa.
Pada
abad ke 21, interaksi makin interns antara Arab dan kebudayaan Islam di dunia
Barat. Walau inteaksi ini terhambat oleh kecurigaan dan permusuhan kejadian 11
September dan penduduk di negara negara Islam oleh Barat terutama Amerika
Serikat seperti Irak, Afganistan, dan lain-lain, dan mulai muncul memiliki
keinginan untuk mempelajari ajaran dan kebudaan Islam. Saat ini banyak sekolah
dan perguruan tinggi di Amerika Serikatyang membuka program studi dan
menawarkan mata pelajaran dan mata kuliah tentang kultur Arab dan ajaran Islam.
Dapat
disimpulkan bahwa Ilmuan Arab Islam berkontribusi besar pada perkembangan ilmu
pengetahuan di dunia Barat melalui karya terjemahan filsuf Yunani dan kepakaran
beberapa tokoh ilmuan Islam sendiriyang luput dari pengetahuan orang banyak
karena jarang diungkapkan dalam literatur dan media massa kini.
5.
Pendidikan
Abad Pertengahan
Karena
pendidikan di Abad pertengahan ( 500-1400 SM ) identik dengan pendidikan
Kristen, perspektif kurikulum diera ini terkait ajaran Kristen. Era kebudayaan
dan pendidikan Barat mulai pada akhirperiode Klasik Yunani dan Romawi
Kunosampai permulaan era modern. Abad pertengahan ditandai
melemahnyapembelajaran dan penguatanpengaruh slolastik pendidik akademik.
Sesuai ajaran agama, pengetahuan yang perlu masuk kurikulum ialah jiwa manusia immortal, tidak berpindah – pindah dan
lebih utama dari benda duniawi.
Pendidikan
dasar era ini dilakukan melalui institusi seperti parish chantry dan monasic
school dibawah naungan gereja. Sekolah menengah, sekolah monasik dan sekolah katedral
menawarkan kurikulum pengetahuan umum, adapun sekolah yang memberikan
keterampilan pokok dan kejuruan dilakukan gilda perdagangan dan kerajinan.
Parakesatria menerima pelatihan kemiliteran dan hukum sipil di istana. Dalam
pengembangan institusi pendidikan, yang ditandaimunculnya perguruan tinggi Abad
Pertengahan, dikuatkan oleh suburnya pendidikan akademik sehingga memberikan
kontribusi pada pendidikan era ini. Johnson (1968) mengidentifikasi lima jenis
sekolah diawal era Kristen (1) Cateehumenal
School, dikelola gereja untukmengajarkan doktrin disiplin, dan moral sesuai
ajaran Kristen disamping pengajaran scriptures
dan hymns. (2) Cateehetical School mengajarkan teologi Kristendalam konteks
filsafat Yunani dan sains. (3) Monasic
School mengajarkan bahasa Latin, membaca, menulis, musik, dan etika bergaul
dan moral disamping matematik dan astronomi. (4) Song School mengajarkan
menyanyi dan musik yang harus dikuasai siswa mengiringi kegiatan agama, dan (5)
Chantry School dilaksankan pendeta
untuk mengajarkan nyanyian misa, dan jika waktu ada, diajarkan pula membaca dan
menulis bahasa Latin sesuai kebutuhan gereja (Johnson, 1968:12)
6.
Pendidikan Era Renaisan
dan Reformasi
Masa Renaisans,
bermula pada awal abad ke 14 (1350-1500), mencapai
puncaknya pada abad ke 15 yang ditandai munculnya perhatian pada aspek
humanistikYunani Latin Klasik. Sama halnya dengan skolastik pertengahan, para
humanis di era ini menemukan otoritas masa lampau dengan menggunakanmanuskrip
klasik mereka. Tetatpi menurut Schwoebel (1971) pendidik humanis lebih
terakhir pada pengalamanskeduniawian dan ketuhanan.
Martin Luther
King dari Jerman Dan John Calvin dari
Perancis,adalah dua contributor utama dalam perubahan kurikulumdi era
Reformasi. Luther ingin semua pendidikan wajib bagi semua anak. Sekolah harus
dibawah control pemerintah sehingga mudah di monitor. Pendidikan agama harus
diberikan dalam bahasa ibu anak bersangkutan dan mengusulkan music dan
pendidikan jasmani dalam kurikulum serta perlunya mengajarkan bahasa klasik
pada pendidikan tinggi. Calvin mengusulkan perlunya supervise rumah tangga
supaya diketahui apakah orang tua mengajarkan ajaran agama dengan benar,
sehingga bisa dihindarkan pengajaran agama yang tidak benar, Calvin juga
menginginkan agar sekolah dan gereja sama-sama fokus pada pengajaran agama,
Kedua tokoh menganggap peran strategi rumah tangga dalam penndidikan anak-anak
sebagai bentuk disiplin anak-anak.
Pada abad 16
muncul pendidik realis yang menyatakan banyak pengetahuan yang perlu diketahui siswa
selain pengetahuan klasik, yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui observasi
dan analisis. Wives juga menginginkan pendidikan untuk semua terutama keluarga
miskin dengan fokus pada seni, alam dan otak sebagai mata pelajaran utama. Di
Perancis muncul Francabelais yang menekankan pentingnya pendidikan disenangi
anak, dan karena itu anak perlu dibimbing agar belajar dari pengalaman melaui
observasi, interpretasi, dan evaluasi kehidupan, sehingga pendidikan tidak
hanya bersumber pada buku teks. Jadi, para realis menginginkan pendidikan lwbih
berorientasi life-centerd dan mereka
setuju dengan ide reformasi yaitu universal
education.
B.
PENDIDIKAN
MENJELANG ABAD KE 20
Pada
awal tahun 1800-an, akademi mulai menggantikan sekolah Gramar latin, karena
Akademi menawarkan beragam kurikulum praktis bagi siswa yang akan bekerja
setelah tamatm disamping program bagi siswa yang akan meneriskan ke perguruan
tinggi. Menurut Wiles dan Bondi, kurikulum akademi mencakup mata pelajaran
klasik termasuk bahasa Latin, orthography,
dan Gramar.
Ide
Rosseau dan Lockke diadopso melalui reformssi kurikulum di jerman oleh Johan
Basedow dengan menambah mata pelajaran prakttis seperti ilmu alam, sejarah
alam,anatomi, dan pendidikan jasmani.
Idealismu
Pestalozii direalisasikan dalam sekolah modern tanpa bayar di Jerman untuk
menjadikan pendidikan sebagai instrument negara bagi perbaikan social, bukan
instrument gereja. Sehubungan dengan itu, Kant menginginkan agar menjadi tugas
negara untuk menyediakan pendidikn bagai perkembangan bagi siswa. Ide ini
memengaruhi Horace Menn, Hery Bernard dan Harris. Ide Kant, Hegel, dan
Pestalozzi berpengaruh sedikir pada pendidik dan filsuf Jerman Johan Federick
Herbart yang dikenal sebagai Bapak Sains Pendidikan dan Bapak Psikologi Modern.
Hal ini disebabkan karena ide Herbart banyak berpengaruh pada pendidik sampai
awal abad ke 20. Herbart mengembangkan lima langkah metode pengajaran
1. association,
mengembangkan antara pengetahuan yang telah diketahui dan yang akan diketahui
siswa
2. presentation, menyajikan
materi yang akan dipelajari menurut psikologi anak
3. association, mengembangkan
analogi dengan materi sebelumnya
4. geleralization, berpindah
dari contoh konkret ke yang abstrak
5. application, memakai
pengetahuan yang baru diperoleh sebagai basis bagi pengembangan pengetahuan
selanjutnya
Esensi
tujuan pendidikan Hertbart adalah mengembangkan manusia berbudaya sesuai
standard nilai-nilai yang tinggi. Ini berarti bahwa pendidikan menurut Herbart
adalah uusaha moral yang dikembangkan bagi potensi moral yang inheren bagi
setiap diri anak, dank arena itu pendidikan harus dilakukan berdasarkan
psikologi anak. Dan adal tugas guru untuk mengajarkan dan mengarahkan
perkembangan anak menuju ke pembentiukan mereka menjadi manusia yang berbudaya.
Kurikulum untuk mencapai tujuan tersebut menurut Herbart, adalah pengajaran
niali-nilai budaya yang terdapat dalam mitologi dan sejarah kuno dalam
literature modern. Deengan kurikulum tersebut guru harus memperkaya dan
memperluas perspektif anak dengan cara mengekpose anak pada pengetahuan terkait
pengalaman agar dapat meningkatkan kadar moral anak (Schubert, 1986: 67-68)
Leo
Tolstoy dari Rusia, mengenal pendidikan Pestalozzi. Dia mengembangkan sekolah
dasar yang membebaskab anak-anak keluar masuk sekolah sesuai keinginan mereka
dan sekolah dijadikan sebagai tempat anak anak bebas bermain dengan ide-ide,
belajar diskusi atas bantuan guru dan orang dewasa dimasyarakat. Tolstoy
telah melakukan eksperimen untuk mengantisipasi
pendidikan progresif yang sangat liberaldan ia mengajukan kurikulum sebagai
yang terdapat dalam diri guru. Hal yang dijelaskan oleh Boultwood bahwa guru
harus seorang yang menguasai mata pelajaran yang diajarkan dan menguasai pula
bagaimana mengajarkannya, bukan saja secara intelektual tetapi juga dengan
nuansa kasih saying pada anak.
Kolonel Francis
Wayland Parker (1837-1902), setelah menunjungi sekolah Herbart, Pestalozzi, dan
Froebel di Eropa, mengembangkan idenya pada sekolah normal di Chicago. Menurut
Fraley, tekanan pada minat, bakat dan pengalaman anak serta kritiknya terhadap
pendidikan tradisional membuka jalan bagi munculnya pendidikan progresif di
Amerika Serikat dan ide ini tenyata sangat besar pengaruhnya pada John Dewey.
C.
PENDIDIKAN
ABAD KE 20
Ide
James tentang Leaerning by doing sangat
berkesan pada Dewey yang juga terpengaruh tentang antara demokrasi dan
pendidikan oleh Mann dan Jefferson. Besarnya pengaruh tersebut terhadap Dewey
terlihat pada banyak buku yang ditulisnya selama 93 tahun kehidupan. Dewey
menekankan perlunya pendidik menyadari bahwa pendidikan harus melibatkan anak
secara bermakna dalam kehidupan social. Guru dan pengembang kurikulum dalam
memulai pendidikan dari aspek psikologis anak sehingga menghasilkan pengalaman
yang berkembang melalui perkenalan anak atas pengetahuan yang relevan.
Ide
inilah yang membawa Dewey ke kesimpulan bahwa sekolah dan masyarakat tidak
terpisah. Karena itu tujan sekolah ialah untuk menyelesaikan masallah social
agar terbentuk masyarakat yang lebih baik. Berdasarkan hal itu pendidikan harus
berfokus pada pembentukan invidu anak sebagai makhluk unik, sehinhha kebutuhan
perkembangan individual anak harus bisa berkonstribusi pada kemajuan
masyarakat. Dewey memandang pendidikan atau sekolah sebagai suatu institusi
netral yang bisa berfungsi pengembang atau pengekang kebebasan. Implikasi ini,
Dewey menginginkan agar tujuan pendidikan sejalan dengan tujuan masyarakat.
Lingkungan keluarga anak yang
positif merupakan salah satu kondisi diperlukan bagi perkembangan anak, sehinhha
Montesori mengajukan metode mengajar yang kondusif, yaitu tersedianya
rangsangan positif bagi pemenuhan perkembangan minat dan bakat anak sedemikian
rupa sehingga anak bisa dibiarkan berkembang sesuai kecepatan perkembangan
masing-masing. Tujuan utama pelajaran individual Montesori adalah membantu anak
menrurus diri senidiri; metode ini bisa tersebar luas ke seluruh dunia melalui
latihan pendek selama enam bulan.
Amerika Serikat menancapkan tonggak kelahiran
kurikulum sebagai bidang study yang ditandai munculnya tiga peristiwa penting
pada tahun 1918. Pertama, William
Kilpatrick (1925) menerbitkan buku Project
Method yang dibaca luas seluruh dunia untuk mempromosikan ide filsafat
kurikulum Dewey. Ternyata, ide tentang perlunya keterlibatan siswa dalam perencanaan
kurikulum berakar dari Kilpatrick dan Rugg (1930) yang mempromosikan penyusunan
kurikulum terpusat pada siswa . Karena itu, menurut Kilpatrck, guru dad siswa
harus memiliki tujuan yang sama, berkisar pada situasi, berkisar pada situasi
kehidupan yang tipikal dan proyek harus berada dalam situasi social seperti
sesuatu yang akan dihasilkan atau di konsumsi, sesuatu masalah yang akan
diselesaikan atau suatu latihan yang akan dilaksanakan untuk dapat dikuasai
anak. Kedua, Kurikulum menurut harus
diformulasikan berdasarkan analisis kegiatan ilmiah tentang kehidupan orang
dewasa yang diterjemahkan ke dalamtujuan
tingkah laku. Proses ini dikenal dengan activity
analysis, yaitu menganalisis kehidupan orang dewasa secara lebih perinci. Ketiga, Tujuan pendidikan menengah yaitu : kesehatan,
penguasaan proses utama, anggota keluarga yang baik, persiapan vokasi
pemanfaatan waktu lowong, dan kewarganegaraan (Schubert, 1986: 75)
Selama tahun
1940-an, kecenderungan pengelompokan siswa dimulai. Perhatian diberikan
terutama pada siswa berbakat agar banyak siswa yang dapat meneruskan ke
pendidikan tinggi. Ini berarti juga sarana dan prasarana pendidikan serta dana
bagi perkembangan bisnis itu sendiri yaitu perkembangan kurikulum.
Tahun 1960-an
timbul ide sekolah komperhensif dan profesi, pendidikan umum disamping
persiapan anak masuk pendidikan tinggi. Untuk maksud tersebut diperlukan
kurikulum yang mencakup pembelajaran bahasa inggris, bahasa asing, sains, ilmu
social dan humaniora. Kecenderungan berlanjut sampai tahun 1970-an dan tahun
1980-an diikuti pemberian kesempatan memperoleh pendidikan bagi keluarga miskin
dan bagi berbagai kelompok social ekonomi, etnik, dan gender. Tahun 1980-an
juga ditandai sebagai tahun munculnya metode baru yang bermanfaat dalam
mengkaji hasil pendidikan dalam masyarakat yang kompleks dan multicultural.
Tahuan 1980-an juga ditandai tahun.
Munculnya gerakan kembali ke fundamental.Perhatian
pada teknologi maju bagi bidang pendidikan juga muncul tahun 1980-an terutama
revolusi computer.
Dapat kita
simpulkan bahwa selama abad terakhir, program sekolah atau kurikulum telah
mengalami banyak perubahan dalam beberapa waktu tertentu sebagai cara untuk
melakukan penyesuaian dengan dinamika perkembangan dan kemajuan masyarakat.
Selain itu, perubahan dan penyesuaian juga dilakukan guna memenuhi kebutuhan
anak-anak dari kelompok masyarakat dari berbagai ragam latar belakang budaya.
Artinya, rancangan untuk mendidik anak telah dilakukan berupa perubahan setiap
saat. Sasarannya ialah agar kurikulum responsive terhadap perubahan kebutuhan
masyarakat dengan dinamika tinggi sehingga relevansi kurikulum tetap terjaga
sesuai tuntutan perkembangan, kemajuan dan tantangan masa depat yg cepat
berubah.